
PERKEMBANGAN
KOGNITIF, MOTORIK DAN PSIKOSOSIAL
ANAK KELAS IV
SEKOLAH DASAR
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu: Agus Wiyanto, S.Pd., M.Pd.
Oleh :
WAHYU IRMAWATI
11120216
11120216
PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
IKIP PGRI
SEMARANG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya, akhirnya
penyusunan makalah yang berjudul “Perkembangan Kognitif, Motorik dan
Psikososial Anak Usia Sekolah Dasar” dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik dan untuk memberikan pengetahuan kepada
pembaca agar dapat mengerti dan memahami karakteristik perkembangan kognitif,
motorik dan psikososial anak SD.
Penulisan makalah ini pada dasarnya untuk memberikan
informasi dan pengetahuan karena banyak diantara kita yang belum mengetahui
secara mendalam tentang perkembangan peserta didik dari segi kognitif, motorik
dan psikososial. Padahal pengetahuan tersebut sangat penting khususnya sebagai
pendidik yang harus mengetahui perkembangan kognitif, motorik dan psikososial
dari masing- masing peserta didiknya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyususnan makalah sehingga makalah ini dapat selesai
tepat waktu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
mengalami kekurangan dari banyak segi. Oleh karena itu penulis mohon kritik dan
saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang,
18 Mei 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar
Isi ................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................... 2
Tujuan Penelitian....................................................................................... 2
Manfaat Penelitian.................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
Landasan Teori ........................................................................................ 3
Perkembangan Kognitif ........................................................................... 3
Perkembangan Motorik............................................................................. 6
Perkembangan Psikososial......................................................................... 8
Quesioner (Angket)................................................................................... 10
BAB III HASIL OBSERVASI ................................................................................. 13
BAB
IV PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................ 17
Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
- LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bila kita perhatikan kehidupan di
sekitar kita baik itu kehidupan manusia, tumbuh- tumbuhan, binatang maupun
benda – benda anorganik selalu mengalami perubahan. Perubahan dapat berwujud
penyusutan, pertumbuhan maupun perkembangan dan berjalan menurut sifat
kodratnya masing – masing secara cepat maupun lambat. Demikian juga dengan
kehidupan manusia. Di dalam kehidupannya, manusia selalu tumbuh dan berkembang
yang bermula dari sel telur, kemudian melalui garis perkembangan yaitu janin,
bayi, anak, pemuda, adolesen, orang tua dan akhirnya meninggal.
Dari uraian di atas mungkin Anda mengira
bahwa perkembangan tidak ada bedanya dengan pertumbuhan. Pada kenyataannya
antara pertumbuhan dan perkembangan ada bedanya. Pertumbuhan dapat berarti
perubahan alamiah yang terjadi secara kuantitatif dari segi jasmaniah/ fisik
dan menunjukkan pada suatu fungsi tertentu yang baru seperti berat badan anak,
semain bertambahnya umur mungki semakin bertambah pula berat badannya.
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam fungsi/ struktur
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses pematangan. Jadi tidak semua perubahan disebut perkembangan.
Suatu perubahan disebut perkembangan jika terjadi secara teratur, berlangsung
dalam waktu yang lama serta mengarah ke hal yang lebih baik, lebih teratur,
lebh efektif atau lebih kompleks.
Pertumbuhan dan perkembangan secara signifikan
dapat terjadi pada semua usia khususnya pada anak SD yaitu usia 6-13 tahun.
Pada masa tersebut terjadi perkembangan kognitif, motorik dan psikososial yang
mungkin mencerminkan karakter dari masing – masing anak kelak ketika mereka
dewasa. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang pengertian
perkembangan kognitif, perkembangan motorik dan perkembangan psikososial serta perbandingan
perkembangan dari beberapa anak.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang ada, untuk
mengetahui perkembangan kognitif, motorik dan psikososial anak usia khususnya
kelas IV SDN Margorejo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati, maka penulis
merumuskan masalah yang akan menjadi fokus observasi adalah:
1. Bagaimana
perkembangan kognitif, motorik dan psikososial anak usia SD?
2. Apakah
perkembangan kognitif, motorik dan psikososial setiap anak berbeda- beda?
3. Apakah
angket merupakan cara yang efektif dan efisien untuk melakukan observasi ?
4. Bagaimana
cara pelaksanaan angket?
5. Bagaimana
hasil observasi terhadap anak kelas IV?
C.
Tujuan
Penelitian
Secara umum, makalah ini disususn dengan
tujuan untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Perkembangan Peserta Didik untuk
melakukan observasi kepada anak usia SD.
Secara khusus, observasi melalui angket
bertujuan untuk:
1. Untuk
membuktikan bahwa perkembangan kognitif, motorik dan psiksosial anak SD
berbeda.
2. Untuk
membuktikan bahwa angket merupakan cara yang efektif dan efisien untuk
melakukan observasi
3. Untuk
mengetahui pelaksanaan angket.
4. Untuk
mengetahui hasil observasi terhadap anak kelas IV.
D.
Manfaat
Penelitian
1 1. Mengetahui
tingkat perkembangan kognitif, motorik dan psikososial anak kelas IV SD.
2 2. Angket
merupakan media observasi yang relatif murah.
3 3. Angket
merupakan media observasi yang mudah pemanfaatannya.
4.
Waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan data relatif singkat
5.
Cara pengisian mudah karena instrumen (alat) pengumpul data sudah memuat
daftar isian, responden tinggal mengisinya
6.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat terkumpul data dalam jumlah
yang relatif banyak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LANDASAN
TEORI
Pertumbuhan dapat berarti perubahan
alamiah yang terjadi secara kuantitatif dari segi jasmaniah/ fisik dan
menunjukkan pada suatu fungsi tertentu yang baru seperti berat badan anak,
semain bertambahnya umur mungkin semakin bertambah pula berat badannya.
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam fungsi/ struktur
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses pematangan.
Perkembangan juga dapat diartikan
sebagai perubahan yang terjadi pada manusia atau binatang mulai dari saat
pembuahan sampai mati (Woolfolk,1993:26). Karakteristik perkembangan anak usia
SD meliputi perkembangan kognitif (intelektual), perkembangan motorik (fisik)
dan perkembangan psikososial (interaksi sosial).
1.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
v
PRINSIP
DASAR TEORI PIAGET
·
Jean Piaget (seorang psikolog Swiss
yang hidup tahun 1896-1980) dikenal dengan
teori perkembangan intelektual yang menyeluruh, yang mencerminkan adanya
kekuatan antara fungsi biologi dan psikologis.
·
Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri
sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai
mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin, manusia tidak mempunyai
kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian
dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi
pakaian dan kendaraan untuk transportasi.
Teori
perkembangan kognitif Piaget didasarkan atas prinsip proses adaptasi atau
penyesuaian diri yang terjadi dalam interaksi antara organisme(makhluk hidup)
dengan lingkungannya. Dalam proses adaptasi ini akan terjadi dua proses:
a.
Asimilasi merupakan suatu proses menerima berbagai stimulus atau rangsangan
yang sampai pada dirinya sendiri untuk kemudian diolah dan disesuaikan dengan
kondisi dirinya. Misalnya ketika seorang siswa menerima pelajaran dari guru
tentang sopan santun, maka siswa akan mengolah dan menyesuaikannya dengan
pelajaran tentang sopan santun yang pernah diterima dari orang tuanya. Dengan
demikian pemahaman sopan santun dari guru akan disesuaikan dengan pengetahuan
yang telah diperoleh dari orang tuanya. Hasil selanjutnya adalah merupakan
keterpaduan antara pelajaran sopan santun dari orang tua dan dari guru.
b.
Akomodasi merupakan suatu proses menerima rangsangan yang datang dari
lingkungan untuk kemudian disimpan dalam kesadarannya. Misalnya seorang siswa
meniru pola – pola perilaku dari cerita – cerita film yang berasal dari negeri
Barat. Dalam pross akomodasi sebaiknya terjadi proses seleksi terlebih dahulu
sebelum menerima dan menyimpan suatu rangsangan dari lingkungan.
Melalui
kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya
agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas. Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena
menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya.
v TAHAP – TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut Piaget, pada garis
besarnya perkembangan kognitif berlangsung melalui empat tahapan:
a. Tahap Sensorimotor
(sejak lahir sampai usia 2 tahun)
Dalam tahap ini, pola kognitif anak
masih bersifat biologis yang berpusat pada fungsi– fungsi alat indera dan gerak
yang kemudian secar bertahap berkembang menjadi kemampuan berinteraksi dengan
lingkungan secara lebih tepat.
b.
Tahap
Pra-operasional, dibagi menjadi:
a. Tahapan prakonseptual atau simbolik, usia 2-4 tahun.
b. Tahapan intuitif atau perceptual , usia 4-7 tahun.
Dalam
tahapa ini pola berpikir anak sudah mulai berkembang kepada pola – pola
berpikir tertentu. Anak sudah mampu membuat logikanya sendiri meskipun masih
bersifat primitif dan kurang rasional. Anak sudah mampu membuat suatu
kesimpulan denan logikanya sendiri. Anak dapat
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat
walau warnanya berbeda – beda.
c.
Tahap operasional konkret (
usia 7-12 tahun)
Pada masa ini anak telah mampu
menggunakan pola berpikir opeasional secara konkret dalam arti masih memerlukan
dukungan objek – objek konkrit. Pada masa ini anak telah memahami konsep yang
berhubungan dengan ukuran kuantitas seperti panjang, lebar, luas, volume, berat,
dan sebagainya.
d. Tahap operasional formal
(usia 12 tahun sampai remaja)
Karakteristik tahap ini
adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara
logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, anak
dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi
abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul
saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai
masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
2. PERKEMBANGAN
MOTORIK
Perkembangan motorik adalah proses
tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada masa usia SD, anak mengalami
tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif
maupun psikososial. Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistik
atau menyeluruh. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung dalam
kegiatan yang holistik.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
anak adalah:
a. perbedaan gizi/ nutrisi d. perlakuan orang
tua terhadap anak
b. olahraga e. kebiasaan
hidup
c. lingkungan
v Berbagai
Pandangan Mengenai Perkembangan Motorik Anak
Fisik atau tubuh manusia merupakan
sistem organ yang komples dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk
pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf,
2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek,
yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan
emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah
laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam
suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4)
struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi.
Perkembangan fisik sangat berkaitan
erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan
saraf, otot, otak, dan spinal cord.
v Perkembangan motorik meliputi :
a. Motorik
kasar adalah
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
b. motorik
halus adalah
gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok,
menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting
agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik sangat
dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang
dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur
otot ,memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Contoh
perkembangan motorik anak :
1. Keterampilan atau gerakan kasar
seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga.
2. Keterampilan motorik halus atau
keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan
menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998;
Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2002).
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan
secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about
through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam
Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung
berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses
sesuai dengan kematangan fisik anak.
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika
motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen &
whiteneyerr. Teori ini mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik
anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk
melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak.
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak
melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa
dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan
sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak
berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik
baginya.
Selain berkaitan erat dengan fisik
dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis
anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik
berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang
lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya.
Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980
(Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan
self-esteem.
3.
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK SD
Perkembangan
psikososial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial (Syamsul
Yusuf, 2007). Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma – norma kelompok, moral dan tradisi,
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul
dengan orang – orang di lingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain
telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal
manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan
arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah(tidak senang mendengar
suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa:
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari
perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat dimana anak berkembang,
juga tergantung dari usia dan tugas perkembangannya. Kemampuan peserta didik
bersosialisasi antara lain dipengaruhi oleh:
a. kesempatan
untuk bersosialisasi
b. waktu
dan motivasi untuk bersosialisasi
c. kemampuan
berkomunikasi dengan bahasa yang dapat dimengerti
d. metode
belajar efektif serta bimbingan bersosialisasi
Dalam perkembangan sosial peserta didik usia SD/MI, kelompok
dan permainan anak memegang peranan penting. Melalui kegiatan kelompok dan
permainan, anak SD/MI belajar bergaul dan bersosialisasi dengan anak – anak
lainnya.
Karakteristik sosial anak SD/MI, minat terhadap kelompok
makin besar dan mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas
keluarga.Pengaruh yang timbul pada ketrampilan bersosialisasi anak antara lain:
a. Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain
dan bertingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok.
b. Membantu anak mengembangkan nilai –
nilai sosial lain diluar nilainya,
c. Membantu mengembangkan kepribadian
yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan emosional dari ras berkawan.
Ada beberapa pola perilaku dalam situasi sosial pada awal
masa anak – anak yaitu kerja sama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan
penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, meniru,
perilaku kedekatan (Hurlock,1978).
Tahapan
dalam penerimaan kelompok teman sebaya (Elizabeth B. Hurlock, 1978) :
1. Reward Cost Stage
Pada tahap ini ditandai adanya harapan yang sama, aktivitas
yang sama dan kedekatan.
2. Normative Stage
Tahap ini ditandai
oleh dimilik hati yang sama, sikap terhadpa aturan, dan sanksi yang diberikan
biasanya terjadi pada anak kelas 4 dan 5 SD.
3. An Emphatic Stage
Tahap ini dimiliknya pengertian, pembagian minat, self
disclosure adanya kedekatan yang mulai mendalam di kelas 6.
Faktor
yang mempengaruhi perkembangan sosial anak menurut Soetarno:
a. Fakor keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehiupan
sosial anak. Diantara faktor yang terkait dengan keluarga dan yang banyak
berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak adalah hal – hal yang berkaitan
dengan status sosial, ekonomi keluarga, keutuhan keluarga, sikap dan kebiasaan
orang tua.
b. Faktor lingkungan luar keluarga
Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman
di dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola
perilaku anak. Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku kepribadian
selanjutnya (Elizabeth B. Hurlock, 1978). Sekolah juga mempunyai pengaruh yang
sangat penting bagi perkembangan sikap sosial anak. Anak-anak mengabiskan waktu
bertahun – tahun di sekolah sebagai anggota suatu masyarakat kecil yang harus
mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan
membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka (Santrock dalam Sinolungan).
Sekolah mengupayakan layanan bimbingan kepada peserta didik.
Bimbingan selain untuk belajar adlah untuk penyesuaian diri ke dalam lingkungan
atau juga penyerasian terhadap lingkungannya. Kepada siswa diajarkan tentang
disiplin dan aturan melalui keteraturan atau conformity yang disiratkan dalam
tiap pelajaran (Sinolungan, 2001).
B.
QUESIONER
(ANGKET)
Quesioner adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada
umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran
terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar
mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang
menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan
objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data atau inform.
Selain itu, data yang dihimpun
melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya:
cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya.
Angket pada umumnya dipergunakan
untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam
bentuk pilihan ganda atau skala sikap.
·
Tujuan
Pengembangan Kuesionar (Angket)
Adapun beberapa tujuan dari
pengembangan angket adalah :
(1). Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa dalam
pembelajaran.
(2).Membimbing siswa untuk belajar
efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
(3). Mendorong siswa untuk lebih
kreatif dalam belajar.
(4). Membantu anak yang lemah dalam
belajar.
(5).Untuk mengetahui kesulitan –
kesulitan siswa dalam pembelajaran.
·
Jenis-jenis
kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
a.
Kuesioner dari segi isi
dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
·
Pertanyaan
fakta adalah
pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah,
jumlah jam belajar, dll.
·
Pertanyaan
perilaku adalah
apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di
sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
·
Pertanyaan
informasi adalah
apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai informasi atau
menggunakan fakta.
·
Pertanyaan
pendapat dan sikap
adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan
nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.
b.
Kuesioner dari jenisnya
dapat dibedakan atas 3 yaitu :
·
Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban
sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative
yang telah disediakan.
·
Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan
sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan.
Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri
·
Tertutup
dan terbuka,
kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang
berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative, diberi juga
kesempatan keoada siswa/mahasiswa untuk mengemukakan alternative jawabannya
sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang
bersangkutan.
c.
Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :
·
Kuesioner
langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan
diminta keterangannya.
·
Kuesioner
tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang
tidak diminta keterangannya).
d.
Kuesioner dari sisi bagaimana kuesioner itu diadministrasikan pada responden
dapat dibedakan atas 2, yaitu :
·
Kuesioner
yang dikirimkan (Mail Questionaire)
·
Kuesioner
yang dapat dibagikan langsung pada responden.
v Kelebihan dan Kekurangan Angket
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi, diantaranya yaitu:
(1). Dengan angket kita dapat memperoleh data dari
sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
(2). Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang
sama.
(3). Dengan angket anak pengaruh subjektif dari
guru dapat dihindarkan.
(4). Angket merupakan media observasi yang relatif
murah.
(5). Angket merupakan media observasi yang mudah
pemanfaatannya.
(6).
Waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan data relatif singkat
(7).
Cara pengisian mudah karena instrumen (alat) pengumpul data sudah memuat
daftar isian, responden tinggal mengisinya
(8).
Dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat terkumpul data dalam jumlah
yang relatif banyak.
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
(1). Pertanyaan yang diberikan
melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas
maka sulit untuk diterangkan kembali
(2). Kadang-kadang pertanyaan yang
diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan
tidak diawasi secara mendetail.
(3). Ada kemungkinan angket yang
diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang
perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali
angketnya.
BAB III
HASIL OBSERVASI
Untuk mengetahui perkembangan
kognitif, motorik dan psikososial anak SD khususnya kelas IV maka penulis
melakukan observasi di SD Margorejo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati pada
kelas IV. Observasi dilakukan dengan cara penyebaran angket kepada tiga anak
karena menurut penulis, cara tersebut dianggap lebih efektif dan efisien. Observasi
mengacu pada landasan teori yang ada.
1.
Krisna Mukti.
Hasil analisis terhadap anak yang
bernama Krisna Mukti, berjenis kelamin laki- laki yang bersekolah di SD Margorejo
kelas IV,beragama Islam, beralamat di desa Margorejo kecamatan Wedarijaksa Kabupaten
Pati .Tempat dan tanggal lahirnya 23 Juni 2001 dan sekarang berusia 10 tahun,
ia mempunyai tinggi badan 128 cm dan berat badan 23 kg.
Piaget
menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap
lingkungan. Teori
tersebut benar tetapi berdasarkan hasil angket dalam perkembangan kognitif,
Krisna tidak menyukai pelajaran matematika sehingga ia tidak mampu
mengerjakan soal mencari KPK dari 14 dan 21 secara cepat. Begitu pula dalam
mata pelajaran lain, dalam pelajaran Bahasa Indonesia anak tersebut tidak
senang membaca puisi tetapi ia mampu mengetahui bahwa pantun terdiri dari
sampiran dan isi. Namun dalam menyebutkan macam – macam pantun, anak tersebut
tidak mampu dan ia juga tidak mampu dalam menuliskan bilangan romawi dari angka
100. Krisna mampu berhitung dengan menggunakan jarimatika seperti teman –
temannya yang lain.
Untuk membangun kemampuan motorik
anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk
melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak.
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak(Dynamic System Theory yang
dikembangkan Thelen & whiteneyerr). Teori tersebut benar karena berdasarkan
hasil angket dalam perkembangan motorik Krisna
sangat menyukai sepak bola dan ia melakukan pemanasan dahulu sebelum sepak
bola. Namun ketika upacara, ia tidak dapat berdiri dengan sikap sempurna. Dalam hal keterampilan, anak tersebut mampu
dalam membuat cerita bergambar. Ketika jam istirahat tiba, anak tersebut lebih
menyukai bermain kejar – kejaran dengan temannya daripada berdiam diri dan ia
mampu berjalan di atas titian bambu ketika mencoba keseimbangan badan. Selain
itu, Krisna mampu membuat kerajnan tangan dari barang bekas menjadi suatu
barang baru yang mempunyai nilai tambah tersendiri.
Perkembangan
psikososial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial (Syamsul
Yusuf, 2007). Teori tersebut benar karena berdasarkan hasil angket dalam perkembangan psikososial Krisna mempunyai banyak teman di sekolah.
Dalam pergaulannya di rumah,ia juga memiliki banyak teman di rumah. Dalam
berteman, anak tersebut tidak pilih – pilih teman, ia mampu berteman dengan
siapa saja tanpa membedakan teman yang baik padanya atau sebaliknya. Krisna
lebih menyukai belajar kelompok daripada belajar sendirian karena ia lebih bisa
bertanya pada temannya tentang materi yang belum ia pahami. Ketika istirahat,
anak tersebut lebih suka bermai dengan teman – temannya daripada menyendiri.
Ketika mendapat giliran piket, anak tersebut tidak mengerjakannya dengan teman
satu regu bahkan sering tidak melaksanakan piket. Tetap dalam hal memilih
makanan, anak tersebut bersiap adil, artinya tidak menambil bagian yang lebih
besar daripada bagian adiknya/ temannya.
Kesimpulan
: Dalam perkembangan kognitif, Krisna memang
kurang tetapi ia lebih cenderung dalam perkembangan motoriknya. Anak tersebut
mampu melakukan beberapa motorik halus dan motorik kasar dari hasil angket
analisis. Begitu pula dalam perkembangan psikososial, anak tersebut cukup dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya baik di lingkungan sekolah maupun
di rumah. Artinya Krisna anak kelas IV SD sudah mampu mengembangkan kemampuan
motorik dan kemampuan psikososialnya.
2.
Jihan Afiifah
Hasil analisis terhadap anak yang
bernama Jihan Afiifa, berjenis kelamin perempuan yang bersekolah di SD
Margorejo kelas IV,beragama Islam, beralamat di
desa Margorejo kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati .Tempat dan tanggal
lahirnya 14 Mei 2001 dan sekarang berusia 11 tahun, ia mempunyai tinggi badan
135 cm dan berat badan 37 kg.
Piaget
menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap
lingkungan. Teori
tersebut benar tetapi berdasarkan hasil angket,dalam perkembangan kognitif Jihan
menyukai pelajaran matematika, tetapi ia tidak mampu mencari KPK dari 14 dan 21
secara cepat. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, anak tersebut senang
membaca puisi dan ia mampu mengetahui bahwa pantun terdiri dari sampiran dan
isi. Anak tersebut tidak mampu menuliskan bilangan romawi dari angka 100 dan tidak
bisa menyebutkan macam – macam pantun. Anak tersebut mampu berhitung
menggunakan jarimatika.
Untuk membangun kemampuan motorik
anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk
melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak.
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak(Dynamic System Theory yang
dikembangkan Thelen & whiteneyerr). Teori tersebut benar tetapi berdasarkan
hasil angket dalam perkembangan motorik,
Jihan tidak menyukai sepak bola, oleh karena itu ia tidak melakukan pemanasan sebelum
bermain sepakbola. Namun dalam upacara, ia dapat berdiri dengan sikap sempurna.
Anak tersebut juga mampu dalam membuat cerita bergambar dan ketika jam
istirahat, anak tersebut lebih suka bermain yang tidak membutuhkan energi besar
daripada bermain kejar – kejaran dengan temannya. Dalam contoh hal motorik halus,
anak tersebut mampu membuat kerajinan dari barang bekas.
Perkembangan
psikososial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial (Syamsul
Yusuf, 2007). Teori tersebut benar karena berdasarkan hasil angket dalam perkembangan psikososial Jihan mempunyai banyak teman di sekolah.
Anak tersebut juga mempunyai banyak teman di rumah dan dalam berteman ia tidak
pilih - pilih teman. Anak tersebut lebih suka belajar kelompok daripada belajar
sendiri karena menurutnya belajar bersama dapat meningkatkan daya ingat yang tinggi
terhadap materi yang dibahas dengan teman – teman secara bersama – sama. Ketika
istirahat, anak tersebut lebih suka bermain dengan teman – temannya daripada
menyendiri dan ketika mendapat giliran piket anak tersebut lebih senang
mengerjakannya bersama dengan teman satu regu daripada bekerja sendiri –
sendiri. Dalam hal memilih makanan, anak tersebut bersikap adil, artinya tidak
memilih bagian yang lebih besar dari bagian adiknya/ temannya.
Kesimpulan: Jihan
lebih cenderung mempunyai kemampuan dalam psikosial karena anak tersebut dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya baik formal maupun nonformal. Dalam
perkembangan kognitif dan motoriknya cukup baik hanya saja anak tersebut kurang
mampu mengembangkannya agar menjadi lebih baik lagi. Artinya Jihan anak kelas
IV SD sudah mampu mengembangkan kemampuan psikososialnya selayaknya anak kelas
IV SD pada umumnya.
3.
Noval Ardiansyah
Hasil analisis terhadap anak yang
bernama Noval Ardiansyah, berjenis kelamin laki- laki yang bersekolah di SD
Margorejo kelas IV,beragama Islam, beralamat di
desa Margorejo kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati .Tempat dan tanggal
lahirnya 28 Januari 2002 dan sekarang berusia 10 tahun, ia mempunyai tinggi
badan 135 cm dan berat badan 25 kg.
Piaget
menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap
lingkungan. Teori
tersebut benar karena berdasarkan hasil angket dalam perkembangan kognitif, Noval menyukai pelajaran matematika sehingga
ia dapat mencari KPK dari 14 dan 21 secara cepat. Anak tersebut tidak senang
membaca puisi, tetapi ia dapat mengetahui pantun terdiri dari sampiran dan isi.
Anak tersebut juga mampu menuliskan angka romawi dari 100. Dalam hal mata
pelajaran bahasa Indonesia materi pantun, anak tersebut mampu menyebutkan macam
– macam pantun. Ketika berhitung anak tersebut mampu menggunakan jarimatika.
Untuk membangun kemampuan motorik
anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk
melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak.
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak(Dynamic System Theory yang
dikembangkan Thelen & whiteneyerr). Teori tersebut benar karena berdasarkan
hasil angket dalam perkembangan motorik,
Noval menyukai sepak bola, meskipun anak tersebut tidak melakukan pemanasan
terlebih dahulu sebelum sepak bola. Ketika upacara, anak tersebut dapat berdiri
dengan sikap sempurna. Dalam motorik halus, ia mampu membuat cerita bergambar.
Ketika jam istirahat, anak tersebut lebih senang menyendiri daripada bermaian
kejar – kejaran degan teman – temannya. Anak tersebut tidak mampu berjalan
tegak di atas titian bambu, artinya anak tersebut kurang seimbang. Anak tersebut
mampu membuat kerajinan tangan dari barang bekas secara kreatif.
Perkembangan
psikososial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial (Syamsul
Yusuf, 2007). Teori tersebut benar karena berdasarkan hasil angket dalam perkembangan psikososial Noval mempunyai banyak teman di sekolah. Tetapi anak tersebut
kurang dapat bersosialisasi dengan lingkungan rumah sehingga ia kurang mendapat
teman di rumah. Tetapi dalam berteman ia tidak memilih teman yang baik saja
kepada dia saja. Dalam hal belajar, anak tersebut lebih senang belajar sendiri
daripada belajar kelompok dengan teman – temannya dan ketika jam istirahat anak
tersebut lebih senang menyendiri membaca buku di perpustakaan daripada bermain dengan teman – temannya.
Dalam hal piket kelas, anak tersebut mampu bekerja bersama teman- teman satu
regu dan dalam memilih makanan, anak tersebut bersikap adil yang artinya tidak
memilih bagian makanan yang lebih besar dari bagian adiknya / temannya.
Kesimpulan: Noval lebih cenderung mempunyai kemampuan
kognitif daripada kemampuan motorik dan psikososial. Karena anak tersebut mampu
dalam menyerap materi yang diberikan oleh guru . Namun dalam perkembangan
psikososialnya anak tersebut kurang mampu berinteraksi dengan lingkungannya
baik lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah, ia cenderng lebih pendiam dan
dalam perkembangan motoriknya ia cenderung pasif daripada teman- temannya.
Artinya Noval anak kelas IV SD sudah mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya
selayaknya anak kelas IV SD pada umumnya.
v Dari observasi ketiga anak tersebut
dapat disimpulkan bahwa walaupun usia mereka relatif sama, dalam perkembangan
kognitif, motorik dan psikososial mereka juga berkembang dengan sama tetapi kemampuan
mengembangkan kemampuan kogntif, motorik dan psikososial yang berbeda.
Perbedaan tersebut disebabkan oeh beberapa faktor, diantaranya:
a. perbedaan gizi/ nutrisi d. perlakuan orang
tua terhadap anak
b. olahraga e. kebiasaan
hidup
c. lingkungan
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap tiga
anak kelas IV SD Margorejo Kecamatan Pati Kabupaten Pati, penulis dapat
merumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkembangan
kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006).
Perkembangan motorik adalah proses
tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak.
Perkembangan
psikososial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial (Syamsul
Yusuf, 2007). Perkembangan kognitif, motorik dan psikososial anak berbeda –
beda tergantung faktor internal dan faktor eksternalnya.
2. Penulis menganggap angket merupakan
cara yang efektif dan efisien untuk melakukan observasi karena angket memiliki
kelebihan sebagai berikut:
d. Dengan angket kita dapat memperoleh
data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
e. Setiap anak dapat memperoleh
sejumlah pertanyaan yang sama.
f. Dengan angket anak pengaruh
subjektif dari guru dapat dihindarkan.
g. Angket
merupakan media observasi yang relatif murah, mudah pemanfaatannya, waktunya
relatif murah.
h.
Cara pengisian mudah karena instrumen
(alat) pengumpul data sudah memuat daftar isian, responden tinggal mengisinya
i.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama
dapat terkumpul data dalam jumlah yang relatif banyak.
3. Angket pada umumnya dipergunakan
untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam
bentuk pilihan ganda atau skala sikap.
4. Dari observasi ketiga anak tersebut
dapat disimpulkan bahwa walaupun usia mereka relatif sama, dalam perkembangan
kognitif, motorik dan psikososial mereka juga berkembang dengan sama tetapi
kemampuan mengembangkan kemampuan kogntif, motorik dan psikososial yang
berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oeh beberapa faktor,
diantaranya:perbedaan gizi/ nutrisi, olahraga, perlakuan orang tua terhadap
anak, lingkungan dan kebiasaan hidup anak.
B.
Saran
Perkembangan kognitif, motorik dan psikososial anak berbeda
– beda walaupun usia relatif sama. Oleh karena itu sebagai pendidik, guru perlu
mempelajari perkembangan peserta didik agar dapat memahami karakter dari masing
– masing peserta didik dan mengetahui perkembangan kognitif, motorik dan
psikososial peserta didik sehingga dapat mengembangkan potensi yang mereka
miliki menjadi lebih baik. Dan guru juga memerlukan melakukan observasi untuk
dapat mengetahui perkembangan kognitif, motorik dan psikososial dari peserta
didik.
Bagi mahasiswa atau calon pendidik diharapkan mampu
mempelajari perkembangan peserta didik dari segi kognitif, motorik dan
psikososial agar nantinya dalam implementainya dapat memudahkan dalam
menghadapi peserta didik yang mempunyai berbagai karakter.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof.Dr.H.M. Surya, dkk. 2004. Kapita Selekta Kependidikan SD. Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Yusuf,Syamsu L.N, Nani M.Sugandhi. 2011.
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Prof.Dr.H.Mohammad Asrori,M.Pd. 2009. Buku Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV
Wacana Prima.
http://id.wikipedia.org/wiki
Sangat membantu artikelnya neh... terima kasih banyak y...
BalasHapusSalam kenal dari pulau Dollar
Mau tanya..gmana cara buat angket nya? Tlong djelaskan
BalasHapusHarrah's Cherokee Casino and Hotel - Mapyro
BalasHapusFind your way around the casino, 상주 출장안마 find where everything 시흥 출장마사지 is located with these 삼척 출장마사지 helpful reviews. Harrah's Cherokee 김제 출장샵 Casino And Hotel, Cherokee, NC, 28719. 거제 출장샵